senja merah yang indah,
dihiasi semilir angin dan gesekan daun-daun kering membuat suasana taman
belakang tampak lebih tentram dari biasanya. Seorang gadis duduk manis
menikmati keadaan di taman belakang tersebut ditemani secangkir teh hangat yang
belum ia sentuh sejak bi Inah menaruhnya diatas meja taman belakang. Memang,
suasana saat itu sungguh nyaman sekali. Ditambah alunan lagu Thousand Years
yang membuat semua pendengarnya ikut terhanyut dalam lagu yang dibawakan
Christina Peri itu. Sesekali bibir tipis gadis itu ikut menyanyikan lagu
romance nan indah, seindah kisah percintaan Edward Cullen dan Bella dalam film
Twilight.
Aktivitas seperti ini sudah menjadi rutinitas gadis
dengan rambut bergelombang ini di setiap sore. Taman belakang ia pilih karena
terlalu banyak kenangan indah. Kenangan indah saat bersama seseorang yang
sekarang jauh disana. Suasana, lagu, teh.... ah semua itu selalu membuatnya
merasa dekat dengan si “dia”. Entah bagaimana anginpun seperti menyampaikan
bulir-bulir kerinduan pada kekasihnya yang saat ini sedang study di Eropa.
Teh yang hampir dinginpun ia teguk, rasanya hari ini
cukup untuk mengurangi rindu yang tertumpuk beberapa bulan ini. Meskipun
sebenarnya rindu itu tak pernah hilang sedikitpun. Tapi setidaknya, mengingat
semua kenangan itu tampak membuat hati si gadis itu lebih baik.
Clara memperbaiki lembaran-lembaran rambutnya yang
tertiup angin sore. Tiupan angin tersebut ternyata membawanya kembali ke masa
itu, masa dimana David sang kekasih membelai rambut gelombangnya dan
melemparkan senyum pada gadis yang duduk disebelahnya lalu mengatakan “Aku
bakalan pulang buat kamu”. Tak terasa air mata membasahi pipi merah Clara. Ia
menangis diantara bunga-bunga mawar yang sedang mekar, alunan angin yang berhembus
dan daun yang berbisik. Tampaknya tangan kanan Clara tak sampai hati melihat
air mata turun di sore yang sangat indah ini. Tangannya pun menghapus air mata
itu. Meski bukan David, tapi Clara tahu David akan melakukannya jika saat itu
ia ada bersamanya. Clara menutup matanya, menghirup udara sore yang bercampur
dengan wewangian bunga ditaman. Bagaikan embun di pagi buta, dingin dan damai
yang ia rasakan. Ia buka matanya secara perlahan dan kembali melukiskan senyum
indahnya kembali.
Beberapa saat kemudian, sebuah pesan singkat masuk ke
telfon genggamnya. Ia baca dengan penuh harap dalam hati, perlahan..senyumnya
terus mengembang layaknya buah gincu, merah nan manis. “Darling don’t be afraid
I have loved you for a thousand years”. Sepenggal lirik Thousand Years dari
David yang masuk ke telfon genggamnya. Mata Clara berkaca-kaca, ia sungguh tak
menyangka semua akan terjadi. Kontak batin kah? Tanya Clara dalam hati.
Belum sempat ia membalas pesan itu, tiba-tiba saja telfon
masuk. David, ya lagi-lagi David. Ia menghubungi gadis yang sedang terpaku
membaca pesan yang sebelumnya ia kirim. Tampak tergambar kebahagiaan di wajah
Clara saat itu, saat mengetahui siapa yang menghubunginya.
Itulah rindu. Tak nampak namun terasa. Indah namun
menyakitkan. Punya banyak arti, namun sangat sulit untuk dirangkai menjadi
untaian kata. It’s so complicated to explain. Rindu itu tak berbentuk namun
kita tahu bagaimana beratnya menahan rindu.
Tak terasa waktu terus berjalan, secepat burung yang
terbang di sore itu. Clara tak menyia-nyiakan waktu yang ada. Ia mengungkapkan
semua yang ia rasakan saat itu. David hanya bisa mendengarkan dan menenangkan
kegelisahan kekasihnya itu. Sekali-kali mereka tertawa atau bahkan tersenyum
kecil. Sungguh indah... kebahagiaan yang mereka rasakan lewat telfon itu
sepertinya membuat dunia iri dan segera menarik matahari untuk tidur sejenak.
Mereka mungkin tak bisa bertatap mata secara langsung, namun suara mereka
layaknya hati yang bicara. Bicara tanpa jarak yang memisahkan.
Entah ibarat apalagi yang bisa menggambarkan kebahagiaan
Clara saat itu. Ia tak menyangka, angin dengan cepat mengantarkan pesan-pesan
rindu tanpa pending kepada David. “Thank you so much, angin” ucap Clara dalam
benaknya. Ia terus memperhatikan pesan yang ia terima, sambil sekali-kali
tersenyum dan salah tingkah.
Cinta dengan jarak diantaranya itu tetaplah “cinta”. Tak
akan berubah meski dipisahkan dengan lautan, samudra ataupun benua. Jarak itu
sebuah cobaan sekaligus sebuah hiasan dalam sebuah hubungan jarak jauh.
Pertemuan sesungguhnya dapat kita temukan dalam kisah cinta Long Distance
Relationship. Kita dapat merasakan sensasi kebahagiaan yang lebih dari semua
itu. Dan jarak pun menunjukkan, bahwa cinta itu tidak sekedar dekat tapi selalu
bersama bagaimanapun keadaannya. Bukan hanya memberi dukungan secara nyata,
tapi melalui sebuah doa yang kita titipkan kepada Tuhan.
David selalu meyakinkan Clara bahwa mereka akan bersama
hingga waktu yang menentukan. Walaupun Clara tak tahu kapan, namun ia tetap
yakin semuanya tak akan sia-sia. Semua akan indah pada waktunya. “Pada
waktunya”.
“Cintaku
memang tak semanis cinta lainnya, namun sudah kupastikan cintaku lebih indah
dari cinta lainnya. Karena cintaku tidak hanya merasakan manis, tapi merasakan
pahit, asam, manis dan rasa lainnya”
Created by :
Nurul Amalia Putri
0 komentar:
Posting Komentar