Senin, 23 Januari 2017

Deretan Kata Dalam Sebuah Penantian

Edit Posted by with No comments

Kata-kata akan berjejer rapih menjadi sebuah cerita yang menuliskan tentang aku dan cinta. Hanya tiga penggalan kata, namun rumitnya cinta bisa menghabiskan ribuan kata, tentang kagum, senyuman, dirinya dan kecewa. Takkan pernah habis, meskipun kamu tak tahu kapan cerita itu bermulai, hingga titik tunggal menjadi pemisah untuk kisah baru atau kisah kita dengan dirinya, senyuman, dan oranye ..
Hari itu aku mengenalnya, aku yang duduk dibarisan belakang namun tetap mendengar merdu suara mengalun dari tiga penyanyi yang berdiri tegap dengan karisma dan aura bintang. Riuh tepuk tangan mengalir deras, entah untuk suara lembut atau paras bintang mereka yang pasti keduanya adalah kombinasi tepat yang saling mendukung. Yaps !
Aku adalah bagian dari mereka yang menyumbangkan setengah kekuatan untuk tepuk meriah dan aku satu dari sekian penikmat hiburan hari itu yang jatuh hati ..
...
Akhirnya buku itu kembali kubuka, titik tunggal yang menjadi pemisah kini tak sendiri lagi karena ada kalimat baru disebrang halaman. Teruntuk bagian lalu, izinkan aku mengambil kata-kata yang dulu pernah ada. Karena aku hampir lupa bagaimana rasanya kagum, mencinta dan sesekali kecewa. Dengan senyum dan tabur kebahagiaan, ku perkenalkan dia .. Bintangku yang berkilauan..

Bisakah namanya menjadi balasan atas surat cintaku nanti?

Samar kudengar tak urungkan niatku untuk mencari. Maafkan, tapi aku butuh cerita dirinya di halaman buku yang sudah terlanjur kubuka beberapa detik lalu. Tentangnya, nama, foto dan secuil kisah miliknya kudapati dengan mudah tapi jangan tanya untuk masalah hati karena dia tlah termiliki. Itu setahuku..
Dan aku menjadi satu dari sekian pengagum rahasianya..
Lembar itu sudah terbuka, tak mungkin bila kosong tak bertuan dan tak mungkin tak tertulis tentang dirinya yang selalu bersinar terang. Sungguh, buku itu seperti menemukan cahayanya yang sempat pudar dan menghilang karena sebuah pengkhianatan. Meski berat karena tak sesuai harapan, setidaknya aku merasa hangat karena deretan kata tersusun rapih mengisi kekosongan..
Tentang rasa ini, hamparan kata tersusun rapih penuh cinta seperti ladang. Hanya tertinggal benih yang masih kusimpan baik-baik dalam sebuah kantung pengharapan. Takkan ku tebar, jika nanti ia tumbuh tanpa sejuknya sapaan hanya mati atau hidup namun tak berarti. Tak apa, mungkin nanti ia sendiri yang menebarnya.. bisakah?

Tentang hadirnya dan setangkai mawar..

Roda waktu terus berputar, langkah kaki terus berjalan, angin membawa kesejukan, jatuhkan benih dari kantung pengharapan. Mungkinkah jari telah lelah menulis? hati telah bosan menanti? Atau logikaku yang mulai menyadari? Bahwa rasa yang telah habiskan dua gulungan kalender butuh untuk disemai..
Ketika bayang penolakan tergambar dalam ilusi menjadi ketakutan, sungguh yang aku ingin adalah menutup buku tanpa sebuah titik. Menebar sisa benih tanpa sisa barang sebiji lalu melupakan kata-kata berderet rapih. Dan aku tak peduli.. mati atau hidup namun tak berarti..
Entah memang tertuliskan atau sengaja dituliskan.. Bintangku hadir dalam kelamnya malam. Kelu bibir tak berucap satu hurufpun, tertegun mata tanpa kedip sedetikpun, berhenti detak jantung ketika senyum terlempar dihadapanku. Bisakah hentikan waktu? Sedikit waktu darinya telah menyiramkan tetesan air pada benih yang terlanjur terjatuh. Aku tertegun dan rasaku tumbuh berayun. Sesekali dari waktu singkatnya, datang dan kembali pergi, dan setangkai mawar telah menanti..

Nurul Amalia Putri 

0 komentar:

Posting Komentar