Kata-kata
akan berjejer rapih menjadi sebuah cerita yang menuliskan tentang aku dan
cinta. Hanya tiga penggalan kata, namun rumitnya cinta bisa menghabiskan ribuan
kata, tentang kagum, senyuman, dirinya dan kecewa. Takkan pernah habis,
meskipun kamu tak tahu kapan cerita itu bermulai, hingga titik tunggal menjadi
pemisah untuk kisah baru atau kisah kita dengan dirinya, senyuman, dan oranye
..
Hari
itu aku mengenalnya, aku yang duduk dibarisan belakang namun tetap mendengar
merdu suara mengalun dari tiga penyanyi yang berdiri tegap dengan karisma dan
aura bintang. Riuh tepuk tangan mengalir deras, entah untuk suara lembut atau
paras bintang mereka yang pasti keduanya adalah kombinasi tepat yang saling
mendukung. Yaps !
Aku
adalah bagian dari mereka yang menyumbangkan setengah kekuatan untuk tepuk
meriah dan aku satu dari sekian penikmat hiburan hari itu yang jatuh hati ..
...
Akhirnya
buku itu kembali kubuka, titik tunggal yang menjadi pemisah kini tak sendiri lagi
karena ada kalimat baru disebrang halaman. Teruntuk bagian lalu, izinkan aku
mengambil kata-kata yang dulu pernah ada. Karena aku hampir lupa bagaimana
rasanya kagum, mencinta dan sesekali kecewa. Dengan senyum dan tabur
kebahagiaan, ku perkenalkan dia .. Bintangku yang berkilauan..
Bisakah
namanya menjadi balasan atas surat cintaku nanti?
Samar
kudengar tak urungkan niatku untuk mencari. Maafkan, tapi aku butuh cerita dirinya
di halaman buku yang sudah terlanjur kubuka beberapa detik lalu. Tentangnya, nama,
foto dan secuil kisah miliknya kudapati dengan mudah tapi jangan tanya untuk
masalah hati karena dia tlah termiliki. Itu setahuku..
Dan
aku menjadi satu dari sekian pengagum rahasianya..
Lembar
itu sudah terbuka, tak mungkin bila kosong tak bertuan dan tak mungkin tak
tertulis tentang dirinya yang selalu bersinar terang. Sungguh, buku itu seperti
menemukan cahayanya yang sempat pudar dan menghilang karena sebuah pengkhianatan.
Meski berat karena tak sesuai harapan, setidaknya aku merasa hangat karena
deretan kata tersusun rapih mengisi kekosongan..
Tentang
rasa ini, hamparan kata tersusun rapih penuh cinta seperti ladang. Hanya tertinggal
benih yang masih kusimpan baik-baik dalam sebuah kantung pengharapan. Takkan ku
tebar, jika nanti ia tumbuh tanpa sejuknya sapaan hanya mati atau hidup namun
tak berarti. Tak apa, mungkin nanti ia sendiri yang menebarnya.. bisakah?
Tentang
hadirnya dan setangkai mawar..
Roda
waktu terus berputar, langkah kaki terus berjalan, angin membawa kesejukan,
jatuhkan benih dari kantung pengharapan. Mungkinkah jari telah lelah menulis? hati
telah bosan menanti? Atau logikaku yang mulai menyadari? Bahwa rasa yang telah
habiskan dua gulungan kalender butuh untuk disemai..
Ketika
bayang penolakan tergambar dalam ilusi menjadi ketakutan, sungguh yang aku ingin
adalah menutup buku tanpa sebuah titik. Menebar sisa benih tanpa sisa barang
sebiji lalu melupakan kata-kata berderet rapih. Dan aku tak peduli.. mati atau
hidup namun tak berarti..
Entah
memang tertuliskan atau sengaja dituliskan.. Bintangku hadir dalam kelamnya
malam. Kelu bibir tak berucap satu hurufpun, tertegun mata tanpa kedip
sedetikpun, berhenti detak jantung ketika senyum terlempar dihadapanku. Bisakah
hentikan waktu? Sedikit waktu darinya telah menyiramkan tetesan air pada benih
yang terlanjur terjatuh. Aku tertegun dan rasaku tumbuh berayun. Sesekali dari
waktu singkatnya, datang dan kembali pergi, dan setangkai mawar telah menanti..
Nurul Amalia Putri
0 komentar:
Posting Komentar